Analisis Kejarlah Daku Kau Kusekolahkan



Analisis Jurnalistik dan Sastra/Jurnalistik Sastrawi

Kejarlah Daku Kau Kusekolahkan
Oleh Alfian Hamzah

Dalam judul cerita ini ada kata “Kusekolahkan”. Jika membacanya baik-baik, pembaca akan mengetahui maksud dari kata tersebut. Makna kata itu dijelaskan secara tersirat di bagian tengah cerita. Tentara Indonesia memakai istilah “sekolah” dalam “melenyapkan” musuhnya, anggota GAM (Gerakan Aceh Militer) yang tertangkap.

Seperti kisah yang ditulis Chik Rini, Alfian Hamzah juga mneggunakan ALUR maju atau progresif. Alur yang dipilih memang alur maju yang dipecah dengan beberapa sub tema seperti “Punya Pengawal”, “Markas Burung“, “Bukit Tengkorak”, “Masuk Kolam Ikan”, dan sebagainya. Di setiap sub tema menceritakan kisah yang berbeda-beda, tapi tetap menjadi satu kesatuan.

Ia menggunakan kata ganti orang pertama, saya, dalam menceritakan kisah ini. Tema dari kisah ini tak jauh berbeda dengan “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft”, masih berkaitan dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka), yakni tentang sebuah perang pada konflik di Aceh antara TNI dengan GAM. Setiap gerakan masyarakat dipantau oleh pasukan TNI dan terjadi kericuhan saat itu. Penulis menceritakan kehidupan sehari-harinya selama dua bulan di medan tempur itu. Di hari pertamanya, ia sudah mendapat banyak peringatan, seperti "Peluru di sini tak ada matanya, lho."; "Kamu harus hati-hati karena kalau ada apa-apa, semoga tidak yah, siapa yang akan tanggung jawab ke Pangkoops (Djali Yusuf)."; dan dilarang meninggalkan pos tanpa membawa teman.

KONFLIK muncul ketika mereka berada di sebuah bukit yang mereka sebut sebagai “bukit tengkorak”. Di sana terjadi baku tembak antara Pasukan Rajawali dengan anggota GAM. Kisah ini diakhir dengan lantunan “Malam Terakhir” sebagai perpisahan penulis denga pasukan militer.

KARAKTER/TOKOH:
1.      Muhammad Khusnur Rohim, prajurit kepala Batalyon Infanteri 521/Dadaha Yodha, memiliki karakter yang tangguh dan taat beribadah. Ia mengasihi istri, Yuni Wijayanti, dan anaknya, Muhamad Ikhsan Bagaskara.

2.      Djali Yusuf, panglima komando operasi pemulihan keamanan Aceh. Ia berpangkat Mayjen (Mayor Jendral).

3.      Handoko memiliki kemampuan berbahasa Aceh yang fasih. Pangkatnya Sersan Satu.

4.      Letnan Dua Daulat Marpaung, memimpin tim terdepan ketika aksi baku tembak antara anggota GAM dengan Pasukan Rajawali.




Comments

Menarik

Makalah Proses Komunikasi

Pencetakan E-KTP Massal

Review: Individualist Ms. Ji-Young