Makalah Proses Komunikasi



Proses Komunikasi
Disusun Oleh:
Kaspriliani
1615020096
Penerbitan – 4A


Jurusan Teknik Grafika & Penerbitan
Politeknik Negeri Jakarta
Depok
2017



Proses Komunikasi

Ada proses yang terjadi dalam berkomunikasi. Pengertian dari proses komunikasi itu sendiri ialah urut-urutan peristiwa yang terjadi dalam usaha manusia menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain.

Beberapa ahli menjelaskan tentang proses komunikasi yang diuraikan sebagai berikut.
a.  Aristoteles (384-322 SM), seorang filsafat Yunani Kuno dalam bukunya Rhetorica menyebut bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukungnya, yaitu siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan. Ia mendukung proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau retorika.
b. Charles H. Cooley (1864-1920) melihat bahwa proses komunikasi antar pribadi merupakan basis sosialisasi dari studi sosiologi.
c.  Hoyland. Menurutnya, proses komunikasi ialah “Tranmisi pesan (stimulan) dari komunikator kepada komunikan dengan maksud memodifikasi si komunikan”. Dari definisi ini kita ketahui bahwa rangkaian gambar hasil shooting seorang kamerawan nantinya harus mampu “memodifikasi” si komunikan. Artinya si komunikan yang tadinya dalam posisi netral (keadaan sebelum menyaksikan gambar-gambar shoot kamerawan), ketika kemudian ditranmisikan rangkaian gambar kepadanya, maka si komunikan tadi posisinya menjadi berubah, bisa ke arah negatif atau positif. Dalam hal ini, yang menjadi seorang komunikator adalah kamerawan.

Proses komunikasi sendiri dibagi menjadi lima tahap, yaitu:

1.             Proses Komunikasi dalam Diri Komunikator (Intra Personal Communication)
Proses komunikasi ini merupakan tahap proses komunikasi yang pertama. Dalam proses ini, komunikator berusaha untuk menyampaikan isi pernyataannya sebagai perwujudan dari motif komunikasi dengan menggunakan peralatan tubuh manusia yang dibagi menjadi dua yaitu, peralatan jasmaniah (panca indera, kaki, tangan, kepala, dan sebagainya) dan peralatan rohaniah (hati nurani, akal, budi, naluri kebahagiaan, naluri sosial, naluri keingintahuan dan naluri komunikasi). Proses ini berakhir bila komunikator telah menyampaikan isi pernyataannya. Dengan demikian, ia telah melakukan tindak komunikasi.

2.             Proses Komunikasi antara Komunikator dengan Komunikan (Inter Personal Communication)
Proses pada tahap kedua ini berawal sejak komunikator melakukan tindak komunikasi sampai komunikan menerima isi pernyataan komunikator. Cara menyampaikan isi pernyataan kepada komunikan dibagi menjadi dua cara, yaitu secara langsung (tatap muka/face to face communication) dan melalui media/medium (alat perantara/mediated communication).

3.             Proses Komunikasi dalam Diri Komunikan (Intra Personal Communication)
Proses ketiga ini dimulai sejak komunikan menerima isi pernyataan komunikator hingga komunikan menyampaikan feedback (umpan balik) terhadap isi pernyataan komunikator. Pada tahap ini ada delapan urutan peristiwa yang terjadi dalam diri komunikan, yaitu dimulai dari penerimaan isi pernyataan komunikator, artinya peralatan jasmaniah komunikan menerima isi pernyataan komunikator.
Lalu, pemahaman isi pernyataan komunikator, artinya peralatan rohaniah komunikan berusaha memahami isi pernyataan komunikator sebagaimana yang diterima oleh peralatan jasmaniahnya. Selanjutnya, penemuan motif komunikasi komunikator, artinya peralatan rohaniah komunikan berusaha untuk menemukan motif komunikasi serta konsepsi kebahagiaan komunikator mengenai suatu persoalan yang dikandung oleh motif komunikasi itu. Penyesuaian konsepsi kebahagiaan, maksudnya peralatan rohaniah komunikan berusaha membandingkan konsepsi kebahagiaan komunikator dengan konsepsi kebahagiaannya, apakah sesuai atau tidak.  Lalu penentuan sikap. Waktu komunikan mengambil kesimpulan, ia menentukan sikap terhadap isi pernyataan komunikator.
Lalu penentuan feedback. Peralatan rohaniah komunikan akan menimbang, apakah menyampaikan feedback atau tidak terhadap isi pernyataan komunikator. Selanjutnya, usaha mewujudkan motif komunikasi. Kalau ia memutuskan untuk menyampaikan feedback, maka terbentuklah motif komunikasi komunikator. Terakhir, melakukan  tindak komunikasi. Pada saat komunikan melakukan tindak komunikasi, maka berakhirlah proses komunikasi dalam diri komunikan.

4.             Proses Komunikasi antara Komunikan dengan Komunikator
Penjelasan mengenai proses tahap keempat ini sama dengan proses komunikasi tahap kedua, yakni dimulai sejak komunikan menyampaikan feedback hingga komunikator menerima feedback dari komunikan. Penyampaian feedback ini sama seperti menyampaikan isi pernyataan, yaitu dengan dua cara, secara langsung maupun melalui alat perantara (media).

5.             Proses Komunikasi dalam Diri Komunikator
Tahap terakhir ini sama dengan proses komunikasi tahap ketiga, yaitu proses komunikasi dalam diri komunikan. Proses ini dimulai saat komunikator menerima feedback dari komunikan hingga komunikator memutuskan untuk melakukan tindak komunikasi dengan menyampaikan isi pernyataannya. Dengan selesainya tahap ini, maka selesai pulalah satu proses komunikasi.
Kelima tahap proses komunikasi di atas berbeda dengan yang disampaikan oleh Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Sebelum masuk pada proses komunikasi, dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian komunikasi yaitu, proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (paradigma Lasswell, The Structure and Function of Communication in Society). Tahap proses komunikasi dalam buku ini hanya dibagi menjadi dua, yakni secara primer dan sekunder.
a.             Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang yang dimaksud adalah bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna, dan lain-lain yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa ialah lambang yang paling sering digunakan dalam komunikasi.
Proses komunikasi ini dilakukan apabila komunikator menyampaikan isi pernyataannya secara langsung (tatap muka) kepada komunikan. Proses yang dilakukan pertama-tama ialah komunikator memberi pesan (encode) yang ingin disampaikannya kepada komunikan. Kemudian komunikan menerima pesan (decode) dari komunikator tersebut. Dalam hal ini, komunikator disebut sebagai pemberi pesan (encoder) dan komunikan disebut sebagai penerima pesan (decoder).
Setelah menerima pesan, komunikan memberi tanggapan yang dinamakan umpan balik atau arus balik (feedback). Komunikaor akan mengetahui umpan balik komunikannya dengan mengkaji perilaku komunikan dalam melampiaskan perasaannya. Umpan balik memainkan peran yang sangat penting karena ia menentukan berlanjutnya dan berhentinya komunikasi. Umpan balik positif merupakan reaksi komunikan yang menyenangkan komunikator sehingga komunikasi berjalan lancar, sedangkan umpan balik negatif merupakan reaksi komunikan yang tidak menyenangkan komunikator sehingga komunikasi terhenti. Jika komunikan menanggapi komunikator dengan umpan balik yang negatif, komunikator harus segera mengubah gaya komunikasinya.
Umpan balik pun juga dapat dibedakan secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik secara verbal ialah tanggapan komunikan yang dinyatakan dengan kata-kata. Umpan balik secara nonverbal ialah tanggapan komunikan yang dinyatakan bukan dengan kata-kata. Contohnya, jika komunikan menganggukkan kepala, itu berarti ia setuju dengan pernyataan komunikator. Sebaliknya, jika komunikan menggelengkan kepala, ia berarti tidak menyetujui pernyataan komunikator. Tepuk tangan hadirin, prajurit yang mengibarkan kain putih tanda menyerah pada lawan, semuanya itu merupakan contoh umpan balik secara nonverbal. Contoh tersebut, yang berasal dari luar diri komunikator, disebut umpan balik eksternal (external feedback).
Umpan balik yang berasal dari dalam diri komunikator sendiri disebut umpan balik internal (internal feedback). Misalnya, ketika komunikator sedang berbicara kemudian ia sadar, bahwa ia telah salah mengucapkan kata, maka ia pun segera memperbaikinya. Demikian halnya saat menulis, ketika komunikator salah menulis sebuah kata, ia pun segera menggantinya.
Karena ini merupakan proses komunikasi secara primer atau tatap muka (antarpersona), maka tanggapan komunikan pun dapat segera diketahui. Ini disebut umpan balik seketika (immediate feedback). Bila komunikasi menggunakan media, tanggapan komunikan tidak dapat segera diketahui disebut umpan balik tertunda (delayed feedback).
b.             Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Sesuai dengan pengertiannya, proses komunikasi secara sekunder memerlukan media karena jarak komunikator dengan komunikan relatif jauh. Media yang digunakan ialah surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, TV, film, dan lain-lain.
         Peranan media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan karena dengan menyiarkan sebuah pesan sekali saja, pesan tersebut sudah dapat tersebar kepada khalayak yang jumlahnya banyak. Misalnya, bom yang meledak di Kampung Melayu, Jakarta. Proses komunikasi ini menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (massmedia) dan media nirmassa atau media nonmassa (non-mass media).
         Para ahli mengakui bahwa keefektifan dan keefisiensian komunikasi bermedia, hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat infomatif saja. Menurut mereka, yang efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan yang bersifat persuasif ialah komunikasi tatap muka. Umpan balik dalam proses komunikasi ini disebut umpan balik tertunda (delayed feedback) karena sampainya tanggapan atau reaksi komunikan kepada komunikator memerlukan tenggang waktu.



















Daftar Pustaka
Effendy, Onong Uchjana. 2009. ILMU KOMUNIKASI Teori dan Praktik. Bandung: ROSDA.
Soehoet, A. M. Hoeta. 2006. PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI. Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta – IISIP.



Referensi
ekalasmawati.blogspot.co.id/2012/04/ilmu-yang-mendasari-ilmu-komunikasi.html?m=1

Comments

Menarik

Pencetakan E-KTP Massal

Review: Individualist Ms. Ji-Young