Review: Inside Out (2015)



Review: Inside Out (2015)

Oleh Kaspriliani/PNJ



Sampul film. (FOTO: ronyfhebrian.wordpress.com)

Pengisi suara:
1.    Amy Poehler sebagai Joy
2.    Bill Hader sebagai Fear
3.    Lewis Black sebagai Anger
4.    Mindy Kaling sebagai Disgust
5.    Phyllis Smith sebagai Sadness
6.    Diane Lane, Kyle MacLachlan.

Detail Film:
1.    Jadwal Tayang : 19 Juni 2015
2.    Genre : Animation, CGI, Adventure, Family
3.    Sutradara : Pete Docter
4.    Penulis : Michael Arndt dan Ronnie del Carmen
5.    Durasi : 101 Menit 
6.    Companies : Disney Pixar (Walt Disney Pictures)
7.    Official : disney.com
9.    MPAA Rating : PG

Sinopsis:
Film Inside Out menceritakan tentang berbagai emosi yang ada di dalam tubuh seorang anak perempuan berusia 11 tahun bernama Riley. Di dalam pikirannya, terdapat lima perwujudan emosi, Joy (bahagia, Amy Poehler), Fear (takut, Bill Hader), Anger (marah, Lewis Black), Disgust (jijik, Mindy Kaling), dan Sadness (sedih, Phyllis Smith).

Kelima emosi ini tinggal di sebuah tempat yang disebut Headquartes (markas besar), yaitu pusat kendali pikiran Riley yang membimbingnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Namun, keadaan jadi tak sama lagi ketika Riley, yang berasal dari daerah harus pindah ke kota metropolitan San Francisco mengikuti ayahnya. Headquarters pun menjadi kacau ketika Riley berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan kota besar. Sementara Joy berusaha untuk tetap optimis, kelima emosi ini berseteru tentang cara terbaik bagi Riley dalam menghadapi kehidupan di kota, rumah, dan sekolah yang baru.

Review:
Film yang disutradarai Pete Docter ini mampu mewujudkan imajinasi penontonnya. Dalam film ini kita bisa melihat bagaimana cara emosi bekerja melalui kepala Riley. Riley tumbuh besar dalam keluarga yang harmonis. Sang Ayah dan Ibu selalu mendukung apapun yang dilakukan Riley. Dan, seperti layaknya keluarga yang harmonis, mereka juga mempunyai candaan-candaan yang hanya bisa dimengerti oleh mereka.

Selain menampilkan isi pikiran Riley, Pete juga menyuguhkan isi pikiran orang tua Riley. Anger menduduki posisi utama pikiran ayahnya hingga Anger berevolusi menjadi Respect. Di dalam pikiran ibu Riley. Sadness menduduki posisi utama sebagai emotion leader. Sadness berevolusi menjadi Empathy.

Dan Riley, emosi apa yang paling dominan di pikirannya? Apakah Sadness? Atau Joy? Sadness banyak mengambil peran di dalam pikirannya, namun Joy yang paling dipercaya oleh semua emosi untuk mengendalikan kehidupan Riley. Bahkan seluruh core memory-nya dibuat dari emosi bahagia. Joy kemudian berevolusi menjadi Optimist.

Masalah yang dihadapi walaupun kelihatan sederhana sebenarnya sangat kompleks. Anak-anak pun akan mudah mencerna ceritanya serta dapat memilih karakter mana yang akan mereka gemari. Film ini juga mengajak kita untuk sama-sama belajar mengenai sains, seperti ingatan kita akan tersimpan ketika tidur di malam hari dan seiring berjalannya waktu, emosi kita akan berevolusi.

Sutradara Pete Docker tidak hanya berhasil menyampaikan sesuatu yang fantastis tapi juga menjadikan perjalanan tersebut menjadi petualangan yang tidak akan pernah terlupakan. Walaupun ini film animasi atau kartun, para orang tua juga sebaiknya menonton film ini agar mampu memahami karakter anak yang memasuki usia remaja karena mereka terkadang sulit untuk memahami maksud anaknya.

Pete Docter benar-benar mengemas cerita klise ini menjadi sebuah cerita yang kuat dan intim. Ketika mulai masuk ke dalam filmnya, kita tidak sedang melihat Riley, tetapi diri sendiri. Tanpa sadar, kita mulai berpikir bagaimana kelima perasaan ini bekerja di dalam kepala kita. Dan bertanya-tanya, apa yang sedang dilakukan oleh Joy sekarang di dalam pikiran kita, siapa “Bing Bong” yang sudah kita lupakan dan emosi apa yang paling besar mempengaruhi jalan pikiran kita?

Seperti pada umumnya film yang diproduksi Disney PIXAR, animasi, musik, emosi, dan warna ditampilkan dengan sempurna dalam film ini. Bohong, bila kalian tak menitikkan air mata ketika menonton film ini. Film ini dikemas sedemikian rupa hingga membuat semua orang tertawa dan menangis di saat yang hampir bersamaan. Inside out menampilkan lebih banyak pengetahuan mengenai teori-teori psikologis yang tersirat di dalamnya. Kritikus film bahkan berpendapat bahwa film ini menjadi masterpiece Disney.

Nilai: 9 dari 10 poin (untuk ilmu yang tersirat dalam film)

Pernah dimuat di mindis.id pada Senin, 20 November 2017
Review: Inside Out (2015) 

Comments

Menarik

Makalah Proses Komunikasi

Pencetakan E-KTP Massal

Review: Individualist Ms. Ji-Young