Review: Happy Death Day (2017)
Review:
Happy Death Day (2017)
FOTO:
Gallery Google
Pemeran
Utama:
1. Jessica
Rothe sebagai Tree Gelbman
2. Israel
Broussard sebagai Carter Davis
3. Ruby
Modine sebagai Lori
Pemain
Pendukung:
1. Rachel
Matthews sebagai Danielle
2. Charles
Aitken sebagai Gregory
3. Jason
Bayle sebagai David
4. Phi
Vu sebagai Ryan Phan
5. Donna
Duplantier sebagai Deena
6. GiGi
Erneta sebagai reporter
7. Rob
Mello sebagai Joseph Tombs
8. Cariella
Smith sebagai Becky
Genre : Horor, Misteri, Thriller
Sutradara: Christopher
Landon
Produser:
Jason Blum & Angela Mancuso
Penulis: Christopher
Landon & Scott Lobdell
Penata
Musik: Bear McCreary
Sinematografer:
Toby Oliver
Editor : Gregory Plotkin
Perusahaan
Produksi: Blumhouse Productions
Distributor:
Universal Pictures
Tanggal Rilis: 13
Oktober 2017 (Amerika Serikat)
Durasi
Film:
96 menit
Negara
Asal:
Amerika Serikat
Official:
happydeathday.com
Sinopsis:
Kisahnya dimulai ketika Theresa atau Tree terbangun dari
tidurnya. Pada malam hari ketika ia ingin menghadiri pesta ulang tahunnya, ia
dibunuh oleh seseorang yang mengenakan topeng bayi. Anehnya, ia terbangun di
hari yang sama dan menjalani hari yang sama. Setiap dirinya habis dibunuh, ia
akan bangun kembali. ia pun penasaran siapa yang membunuhnya dan apa motif
pembunuh itu. Hingga akhirnya, ia mengetahui siapa pembunuhnya dan motifnya.
Review:
Film horror-thriller
yang tayang pada 13 Oktober 2017 lalu di Amerika Serikat ini disutradarai oleh
Christopher Landon dan ditulis oleh Landon dan Scott Lobdell. Pemeran utama film
ini dibintangi oleh Jessica Rothe, Israel Broussard, dan Ruby Modine. Film ini
diproduksi oleh Blumhouse Productions dan Digital Riot Media dan didistribusikan
oleh Universal Pictures.
Ketika film mulai ditayangkan, tak ada tanda-tanda bahwa
film ini salah satu dari sekian banyaknya film Thriller. Theresa atau Tree Gelbman, mahasiswi Universitas Bayfield
terbangun di hari ulang tahunnya, 18 September. Namun, di hari itu juga ia
harus menghadapi kematiannya. Dan dari sinilah hidupnya yang penuh misteri
dimulai.
Setiap pagi, ia selalu terbangun di ranjang yang sama. Tepatnya
di ranjang Carter. Kemudian ponselnya bordering karena ada telepon masuk, dari
ayahnya. Ia tak pernah mengangkat telepon dari ayahnya. Setelah itu, ia meminta
Tylenol (obat analgesik yang
digunakan untuk melegakan sakit kepala) pada Carter.
Setiap pagi, kejadian demi kejadian yang terjadi sama
seperti yang pernah dialaminya. Kali ketiga ia bangun dari tidurnya, ia merasa
bahwa ia mengalami déjàvu, fenomena
merasakan sensasi kuat bahwa suatu peristiwa atau pengalaman yang saat ini
sedang dialami sudah pernah dialami di masa lalu. Hal itu ia ceritakan pada
Lori, perawat yang bertugas di RS Universitas Bayfield. Tetapi Lori malah
menganggapnya remeh dengan mengatakan, “Siapa yang ingin membunuhmu?”
Hari-hari
berlalu dan ia terus saja mengalami hal yang sama, namun dengan cara mati yang
berbeda-beda. Hingga pada akhirnya ia mengetahui siapa yang coba
“menyekolahkannya” dan apa motif si Petrus (Pembunuh Misterius), istilah yang
digunakan ketika Orde Baru, tersebut.
Ia
yang bertanya, siapa yang ingin membunuh Tree. Dialah si pembunuh dengan alasan
yang sepele. Penonton tidak akan pernah menyangka dengan alur cerita yang
disuguhkan dalam film ini. Ketika film ini mencapai klimaksnya, penonton beralih
menjadi seorang detektif dengan menebak-nebak siapa pembunuhnya.
Sayangnya, beberapa menit setelah film diputar, sudah ada kejanggalan
yang luput dari perhatian editor film ini. Ketika perawat Lori keluar dari
elevator rumah sakit tempatnya bertugas, ia memanggil Tree dengan namanya
sendiri, Lori. Tapi, di adegan berikutnya, masih di scene yang sama, ia memanggil Theresa dengan nama panggilan yang
tepat, Tree.
Film ini menyisipkan beberapa adegan komedi. Salah satunya ialah
ketika dalam pelariannya, Tree mengaku-aku pada polisi bahwa ia pemakai narkoba
demi menyelamatkan hidupnya, menghindar dari manusia bertopeng yang coba
membunuhnya.
Menuju akhir kisah, Tree akhirnya membuka hatinya dan mau
bertemu dengan ayahnya. Sudah lama ia tidak bertegur sapa dengan ayahnya. Perjumpaan
ayah dengan anak ini mampu menguras air mata sebagian besar penonton.
Menurut tabloidbintang.com, film ini sukses
merajai box office Hollywood di minggu pertama penayangannya dengan pendapatan
26,5 juta dolar AS atau sekitar 357 miliar rupiah. Dengan alur cerita yang
unik, film ini mampu mengangkat nama pemeran utama dalam film ini, Jessica
Rothe (30).
Nilai:
9 dari 10 (untuk alur cerita yang unik).
Pernah dimuat di mindis.id pada Kamis, 2 November 2017Review: Happy Death Day (2017)
Comments