Grafika Bukan Statistika

Grafika Bukan Statistika

Mesin-mesin dalam teknik grafika (Foto: data pribadi).

Kata “grafika” masih asing di telinga kita. Tak banyak yang tahu arti grafika. Namun ketika mendengar artinya, grafika menjadi tak asing lagi, bahkan sepertinya sangat familiar di telinga kita. 

Raycard Destion Daniel (23), pegawai swasta mengaku bahwa ia belum pernah mendengar kata grafika. Ketika mendengar kata tersebut yang terlintas di pikirannya ialah, “Tentang grafik-grafik gitu. Tentang statistika.”

Hal serupa juga disampaikan oleh Naura, mahasiswa Jurusan Teknik Grafika Politeknik Negeri Media Kreatif. Dengan jujur, ia mengatakan bahwa saat awal masuk kuliah, ia tidak tahu apa itu grafika. “Pertama, karena teknik. Kirain awalnya teknik grafika, tahu kan grafik-grafik? Nah, itu. Ternyata salah. Udahlah telanjur.”

Sebetulnya, pendapat masyarakat awam pun tidak sepenuhnya salah. Ishak Pandapotan, mahasiswa Teknik Grafika Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) mengatakan,“Grafika itu emang sih ada hal grafisnya, cuma lebih ke teknik cetaknya, begitu.”

Menurut KBBI sendiri, grafika memiliki dua pengertian. Pertama, grafika adalah ilmu tentang cetak-mencetak (pada kertas atau logam). Dan kedua, grafika adalah segala cara pengungkapan dan perwujudan dalam bentuk huruf, tanda, dan gambar yang diperbanyak melalui proses percetakan guna disampaikan kepada khalayak. Hasil yang paling umum ialah, buku.

Situs smkn5batam.sch.id menjelaskan bahwa ada lima macam teknik cetak yang sering digunakan, yakni Cetak Offset (Offset Printing), Cetak Fleksografi (Flexography Printing), Cetak Rotogravure (Rotogravure Printing), Cetak Sablon (Screen Printing), dan Cetak Digital (Digital Printing). Dan dari lima teknik cetak tersebut, cetak offset-lah yang paling sering kita temui.

Cetak offset sendiri adalah teknik cetak yang banyak digunakan, dimana citra (image) bertinta ditransfer (atau di-“offset”) terlebih dahulu dari plat ke lembaran karet, lalu ke permukaan yang akan dicetak. Jenis teknik cetak ini memproduksi kalender, buku, surat kabar, dokumen bisnis, dan lain-lain (academia.edu).

Untuk memberitahu apa itu grafika, Imam, mahasiswa Teknik Grafika Politeknik Negeri Media Kreatif akan, “Nunjukkin hasil-hasil grafika. Contoh hasil besarnya itu kan uang. Hasil grafika banget itu. Dari beberapa proses cetak, nunjukkin uang aja. Grafika itu, ini loh ngasilin ini. Nyetak ini tuh grafika, nyetak uang. Gitu sih saya nunjukkin ke orang-orang.”

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, hasil produksi grafika yang paling sering kita temui ialah buku. Pernah dengar buku adalah jendela dunia? Kalau kita banyak baca buku, wawasan kita akan jadi luas dan kita tidak akan mudah ditipu. Tapi istilah ini lahir sebelum zamannya internet. Apa jadinya kalau yang buat istilah ini lahir di zaman internet yang sudah seperti sekarang? Kemungkinan besar internet yang akan jadi jendela dunia.

Lewat internet, kita bisa mendapatkan informasi apa pun secara instan dan kebanyakan gratis. Sedangkan kalau buku, satu-satunya tempat dimana kita bisa banyak baca buku secara gratis hanyalah di perpustakaan. Tapi tahu tidak? Informasi yang kalian cari di internet itu, kredibilitasnya jauh lebih banyak yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dibandingkan kalau kalian cari informasi di perpustakaan (Cameo Project – YouTube Channel).

Apakah itu artinya dunia grafika masih diperlukan di masa yang akan datang? “Kalau menurut saya, cetak-mencetak di masa depan perlu. Karena mungkin di dunia ini ada beberapa orang yang suka mengoleksi sesuatu dalam bentuk wujud. Misalkan komik, atau pun artikel-artikel. Nah, saya tipe orang seperti itu. Ketika content atau artikel yang saya suka dari buku, atau pun kertas yang content-nya apa yang yang saya suka, itu pasti saya koleksi dan saya simpan. Menurut saya itu perlu di tengah ramainya elektronik sekarang,” jelas Hendrik Jonathan, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta (PNJ).

Masih menurut Cameo Project, kredibilitas berita dari media sosial atau internet itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan kredibilitas sebuah buku. Kalian yang lagi menyusun skripsi atau tugas akhir, pasti mengerti. Dosen kalian pasti minta referensi teori pembahasan dari skripsi atau tugas akhir kalian itu dari buku, bukan dari internet. Coba saja kalau kalian nekat. Cari semua referensi kalian dari Wikipedia, dijamin tidak lulus. Jadi, buku masih merupakan jendela dunia yang paling kredibel, yang artinya dunia grafika masih sangat dibutuhkan.

Ternyata, grafika tidak hanya sebatas cetak-mencetak saja. “Luas dong, kan semua media itu kan bisa juga media grafika maupun elektronik. Sebab di dalam satu surat kabar sendiri, dia tidak hanya mencetak surat kabar melalui media cetak, tetapi media elektronik pun dia buat juga. Jadi tergantung masyarakatnya sendiri juga. Kalo dia memang mau informasi, ya bisa diliat dengan HP, dia bisa buka. Tapi untuk mengenalnya secara spesifik bahwa itu grafika ya orang tidak tahu. Dia tahunya ya baca aja, padahal itu sebenarnya media-media yang dilakukan oleh orang-orang grafika. Ya orang kan tahunya baca surat kabar, tapi kan mereka ga tahu apa sih sebenarnya yang disebut grafika, istilah-istilah grafika itu sebenarnya apa. Ya, mulai dari persiapan, cetak-cetak, sampai post-press,” terang Untung Basuki (60) selaku dosen Teknik Grafika di Politeknik Negeri Media Kreatif.

Pernah dimuat di BOGORnews.com pada 12 Juni 2017.

Comments

Menarik

Makalah Proses Komunikasi

Pencetakan E-KTP Massal

Review: Individualist Ms. Ji-Young